Mengenal Infertilitas pada Pria dan Wanita

Infertilitas pada Pria dan Wanita

Infertilitas, atau ketidaksuburan, merupakan kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan untuk hamil. Kondisi ini tidaklah jarang; diperkirakan bahwa sekitar 10-18% pasangan di seluruh dunia menghadapi masalah kesuburan. Penting untuk diingat bahwa masalah kesuburan dapat terjadi pada pria maupun wanita. Untuk menentukan penyebabnya, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan medis yang menyeluruh oleh dokter spesialis.

Kapan seseorang dikatakan mengalami infertilitas?

Menurut definisi WHO, infertilitas adalah kondisi pada sistem reproduksi yang ditandai dengan ketidakmampuan pasangan untuk mencapai kehamilan meskipun telah melakukan hubungan seksual tanpa kontrasepsi selama 12 bulan atau lebih.

Bacaan Lainnya

Untuk perempuan, dianggap ada masalah kesuburan jika tidak hamil setelah mencoba selama satu tahun, atau enam bulan bagi perempuan berusia di atas 35 tahun. Infertilitas pada perempuan juga termasuk ketidakmampuan untuk mempertahankan kehamilan, seperti mengalami keguguran berulang.

Sedangkan pada pria, infertilitas berkaitan dengan jumlah dan kualitas sperma. Sperma dengan kualitas terbaik biasanya dihasilkan di usia 30-35 tahun. Kemampuan sperma untuk membuahi sel telur menurun setelah usia 40 tahun dan semakin berkurang setelah usia 55 tahun.

Infertilitas bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk masalah pada ovulasi, proses pembuahan oleh sperma, atau implantasi sel telur yang telah dibuahi ke dalam dinding rahim. Gangguan pada salah satu dari proses ini dapat menyebabkan infertilitas.

Jenis-jenis infertilitas

Infertilitas dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis, yaitu:

Infertilitas Primer

Ini terjadi pada individu atau pasangan yang belum pernah hamil sebelumnya. Pada orang berusia di bawah 35 tahun, infertilitas primer dapat didiagnosis jika mereka telah mencoba hamil selama satu tahun tanpa keberhasilan. Sedangkan pada orang yang berusia di atas 35 tahun, diagnosis ini bisa diberikan setelah mencoba hamil selama 6 bulan.

Infertilitas Sekunder

Infertilitas sekunder dialami oleh individu atau pasangan yang sebelumnya sudah pernah berhasil hamil dan melahirkan, tetapi menghadapi kesulitan untuk hamil lagi untuk kedua kalinya.

Infertilitas yang Tidak Terjelaskan

Dalam beberapa kasus, meskipun telah dilakukan serangkaian pemeriksaan kesuburan yang komprehensif, alasan yang jelas mengapa individu atau pasangan tidak dapat hamil tidak dapat ditemukan. Kondisi ini dikenal sebagai infertilitas yang tidak terjelaskan.

Apa saja penyebab infertilitas pada wanita?

Salah satu penyebab utama infertilitas pada wanita adalah masalah dengan ovulasi. Ovulasi adalah proses di mana ovarium melepaskan sel telur yang matang. Jika ovulasi tidak terjadi, tidak ada sel telur yang tersedia untuk dibuahi oleh sperma, sehingga kehamilan tidak mungkin terjadi. Salah satu tanda gangguan ovulasi adalah menstruasi yang tidak teratur.

Gangguan ovulasi sering kali terkait dengan sindrom ovarium polikistik (PCOS), yang diduga disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon dalam tubuh wanita. Selain PCOS, ada berbagai kondisi kesehatan lain yang dapat meningkatkan risiko infertilitas pada wanita, di antaranya adalah:

  1. Tuba Falopi yang Tersumbat: Ini bisa disebabkan oleh peradangan panggul, endometriosis, atau operasi untuk mengatasi kehamilan ektopik.
  2. Kelainan pada Struktur Rahim: Kelainan pada bentuk atau struktur rahim bisa mempengaruhi kemampuan rahim untuk menampung dan mengembangkan embrio.
  3. Fibroid Rahim: Fibroid adalah tumor jinak yang tumbuh di dinding rahim dan bisa mengganggu implantasi embrio atau pertumbuhan janin.
  4. Infeksi Saluran Reproduksi: Infeksi ini bisa disebabkan oleh penyakit menular seksual seperti klamidia dan gonore, vaginosis bakteri, atau komplikasi dari prosedur bedah seperti aborsi atau persalinan.
  5. Pengaruh Usia: Kualitas dan jumlah sel telur menurun seiring bertambahnya usia, terutama setelah usia 30 tahun, meningkatkan risiko infertilitas, keguguran, atau kelainan bawaan pada bayi.
  6. Merokok: Merokok bisa merusak leher rahim dan tuba falopi, meningkatkan risiko kehamilan ektopik dan keguguran, serta menurunkan kualitas sel telur.
  7. Masalah Berat Badan: Berat badan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah bisa mempengaruhi kesuburan.
  8. Gaya Hidup Tidak Sehat: Konsumsi alkohol dan obat-obatan tertentu dapat merusak kualitas sel telur. Mengurangi atau berhenti mengonsumsi alkohol sangat disarankan sebelum mencoba hamil.

Jika mengalami faktor risiko ini, penting untuk membicarakannya dengan pasangan dan berkonsultasi dengan dokter. Pemeriksaan kesuburan yang komprehensif dan diagnosis yang akurat dapat membantu menentukan penanganan yang tepat untuk infertilitas.

Apa saja penyebab infertilitas pada pria?

Sekitar 30% kasus infertilitas disebabkan oleh masalah ketidaksuburan pada pria, yang umumnya terkait dengan gangguan hormonal, fisik, dan fisiologis.

Gangguan hormonal yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria meliputi:

  1. Kadar Hormon Tiroid yang Rendah: Ketidakseimbangan hormon tiroid dapat memengaruhi kesuburan.
  2. Hiperprolaktinemia: Kondisi di mana hormon prolaktin terlalu tinggi, dapat mengganggu fungsi reproduksi.
  3. Rendahnya Produksi Hormon Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH): Hormon ini penting untuk produksi sperma, dan ketidakseimbangan mereka dapat menyebabkan infertilitas.
  4. Hiperplasia Adrenal Kongenital: Kondisi ini bisa menekan kelenjar pituitari karena peningkatan hormon androgen adrenal, yang berakibat pada produksi sperma yang rendah.

Infertilitas pada pria juga bisa disebabkan oleh kondisi fisik dan medis lain, termasuk:

  • Infeksi penyakit menular seksual, seperti radang testis.
  • Penyakit genetik.
  • Varikokel, yaitu pembengkakan pembuluh darah di skrotum.
  • Torsio testis, kondisi darurat medis yang terjadi saat testis berputar dan memotong aliran darah.
  • Ejakulasi retrograde, di mana sperma bergerak ke belakang ke dalam kandung kemih.

Selain itu, gangguan fisik dan psikologis juga bisa mempengaruhi kesuburan, seperti impotensi, ejakulasi dini, atau ketidakmampuan pria untuk ejakulasi selama berhubungan seksual. Jika mengalami masalah ini, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.

Gejala infertilitas pada pria dan wanita

Gejala infertilitas umumnya berkaitan dengan masalah pada sistem reproduksi baik wanita maupun pria yang menghambat terjadinya kehamilan. Pada pria, tanda-tanda infertilitas bisa termasuk masalah dengan fungsi seksual, seperti kesulitan dalam ejakulasi.

Selain itu, pria yang mengalami infertilitas mungkin juga memiliki gejala abnormal pada penis atau testis, seperti pembengkakan, rasa nyeri, atau adanya benjolan di sekitar area testis. Kondisi ini bisa menyebabkan produksi sperma yang berkurang dan kualitas sperma yang rendah.

Menurut University of Chicago Medicine, gejala infertilitas pada wanita sangat beragam dan tergantung pada penyebabnya. Beberapa tanda yang mungkin muncul termasuk nyeri panggul, menstruasi yang tidak teratur, atau menstruasi yang terasa sangat berat, lama, dan menyakitkan.

Wanita yang mengalami infertilitas juga mungkin menghadapi gejala menstruasi yang tidak normal, seperti nyeri yang sangat hebat, warna darah haid yang pucat atau sangat gelap, atau bahkan menopause dini.

Jika mengalami gejala-gejala infertilitas ini, disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan melakukan serangkaian tes untuk menentukan kemungkinan adanya masalah kesuburan dan memberikan rekomendasi pengobatan atau tindakan selanjutnya.

Bagaimana cara mengobati infertilitas? 

Untuk pasangan yang ingin menjalani program kehamilan namun menghadapi masalah kesuburan, terdapat berbagai opsi pengobatan infertilitas yang dapat dipilih.

Pengobatan infertilitas ini terbagi menjadi dua kategori utama: noninvasif dan invasif. Metode noninvasif meliputi konseling tentang gaya hidup sehat, pemantauan siklus ovulasi, induksi ovulasi, hingga intrauterine insemination (IUI).

Adapun pengobatan invasif berbeda antara wanita dan pria. Untuk wanita, pengobatan invasif mencakup operasi pada tuba falopi dan rahim, bayi tabung (In Vitro Fertilization atau IVF), assisted hatching, dan penggunaan donor sel telur. Sementara untuk pria, pengobatan invasif bisa meliputi operasi mikro bagi mereka yang pernah menjalani vasektomi, pengambilan sperma (sperm retrieval), intracytoplasmic sperm injection (ICSI), dan juga IVF.

Pria yang mengalami masalah kesuburan disarankan untuk berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter spesialis andrologi.

Sebelum memulai pengobatan, pasien biasanya akan menjalani serangkaian pemeriksaan awal untuk mengidentifikasi penyebab ketidaksuburan. Berdasarkan hasil pemeriksaan ini, dokter akan merencanakan pengobatan yang paling sesuai dengan kondisi spesifik pasien.

Pos terkait