Cara Mengatasi Bayi tidak BAB, Ternyata Ini Penyebabnya

bayi baru lahir

Penting bagi para orangtua untuk memahami frekuensi buang air besar (BAB) yang normal pada bayi baru lahir. Informasi ini meliputi frekuensi BAB yang sehat sejak bayi pertama kali melakukannya, frekuensi BAB yang normal selama pertumbuhannya, serta penanganan situasi ketika bayi mengalami kesulitan untuk BAB.

Apa yang menjadi penyebab jarangnya bayi BAB? Apakah ini merupakan kondisi yang normal? Artikel ini akan menggali lebih dalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi BAB pada bayi

Bacaan Lainnya

Apakah wajar bayi tidak BAB?

Pada minggu pertama bayi baru lahir, biasanya ia akan lebih sering buang air besar. Untuk itu, orangtua pun sering mengganti popoknya. Namun, mengutip dari Healthline, secara alami bayi akan jarang BAB atau tidak sama sekali. Hal ini biasanya terjadi saat bayi berusia beberapa minggu hingga beberapa bulan. Anda tidak perlu khawatir berlebihan.

Pasalnya, bayi tidak BAB masih terhitung normal selama ia masih menyusu seperti biasa dan berat badannya bertambah. Jadi, jangan khawatir dengan frekuensi BAB si Kecil. Penyebab bayi jarang atau tidak BAB juga dipengaruhi dari asupan makanannya. Yaitu, apakah ia mengonsumsi ASI atau susu formula.

Penyebab bayi ASI tidak BAB

Pada bayi yang diberi ASI, pola buang air besar (BAB) mereka mengalami perubahan seiring pertumbuhan. Biasanya, di hari-hari pertama kehidupan, bayi akan BAB 1-2 kali per hari. Namun, pola ini berubah setelah bayi memasuki hari kelima kehidupannya, di mana frekuensi BAB bisa meningkat hingga lima kali sehari.

Menariknya, setelah mencapai usia sekitar 6 minggu, bayi yang diberi ASI mungkin akan mengalami penurunan frekuensi BAB. Mereka mungkin tidak BAB selama dua hari atau bahkan hanya sekali dalam seminggu. Fenomena ini sebenarnya cukup normal. Alasan utamanya adalah keseimbangan nutrisi yang sempurna dalam ASI, yang membuat tubuh bayi mampu menyerap hampir semua nutrisi, sehingga menghasilkan sedikit limbah atau kotoran.

Pemahaman ini penting bagi orangtua untuk tidak merasa khawatir atau bingung ketika menghadapi perubahan pola BAB pada bayi yang diberi ASI, karena ini merupakan bagian normal dari perkembangan bayi.

Penyebab bayi sufor tidak BAB

Bayi yang diberi susu formula cenderung memiliki pola buang air besar (BAB) yang berbeda dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI. Hal ini disebabkan oleh susu formula yang membuat pergerakan feses di usus bayi berlangsung lebih lambat. Akibatnya, bayi yang mengonsumsi susu formula sering kali lebih jarang BAB. Pada tahap awal kehidupan, bayi sufor mungkin akan BAB sekitar tiga atau empat kali sehari.

Namun, seiring bertambahnya bulan, sistem pencernaan bayi mulai beradaptasi dengan susu formula, yang bisa menyebabkan perubahan frekuensi BAB. Bayi mungkin akan mengalami periode di mana mereka lebih jarang BAB, atau bahkan tidak BAB selama dua hari, tergantung pada bagaimana sistem pencernaannya menyesuaikan. Perubahan ini merupakan bagian dari proses alami adaptasi sistem pencernaan bayi terhadap susu formula.

Bagaimana jika bayi tidak BAB sampai berhari-hari?

Frekuensi buang air besar (BAB) pada bayi, baik yang diberi ASI maupun susu formula, cenderung menurun saat mereka berusia antara 6-8 minggu. Ini terjadi karena sistem pencernaan mereka yang semakin matang. Pada tahap ini, normal bagi bayi untuk tidak BAB selama dua hari atau bahkan lebih, dengan frekuensi BAB yang mungkin hanya terjadi satu atau dua kali dalam seminggu.

Namun, penting bagi orangtua untuk memantau kondisi bayi. Perhatikan apakah bayi tampak tidak nyaman, rewel, atau kurang ceria dari biasanya. Jika bayi tidak BAB dan juga menunjukkan nafsu makan yang menurun atau konsistensi feses yang mengeras, ini bisa menjadi indikasi konstipasi atau sembelit.

Penyebab utama sembelit pada bayi seringkali karena kurangnya asupan cairan. Kondisi ini lebih umum terjadi ketika bayi memulai Makanan Pendamping ASI (MPASI). Menurut sebuah penelitian, sembelit merupakan kondisi yang sering ditemukan pada bayi dan anak-anak. Namun, orangtua juga harus waspada terhadap tanda-tanda bahaya, seperti:

  • Meconium tidak keluar lebih dari 48 jam setelah lahir.
  • Gejala yang menunjukkan adanya obstruksi usus.
  • Keterlambatan dalam perkembangan.

Cara melancarkan BAB pada bayi

Jika bayi Anda tidak buang air besar (BAB) selama dua hari atau lebih, atau mengalami konstipasi, berikut ini beberapa cara yang dapat membantu melancarkan pencernaan dan meringankan kondisi tersebut:

  1. Latihan Gerakan Kaki
    Letakkan bayi dalam posisi berbaring dan gerakkan kakinya secara lembut seperti gerakan mengayuh sepeda. Metode ini membantu merangsang pergerakan usus dan membantu kotoran bergerak melalui saluran pencernaan.
  2. Pijatan Perut yang Lembut
    Memberikan pijatan lembut pada perut bayi dapat membantu meredakan ketegangan dan merangsang pergerakan usus.
  3. Perhatikan Asupan ASI
    Untuk bayi yang menyusu ASI, pastikan mereka mendapatkan cukup ASI. Menyusui lebih sering dapat membantu mengatasi konstipasi.
  4. Cek Takaran Susu Formula
    Bagi bayi yang diberi susu formula, periksa dan pastikan bahwa takaran bubuk dan air dalam susu sudah sesuai rekomendasi. Kesalahan dalam perbandingan bisa mempengaruhi pencernaan bayi.
  5. Pengaturan Diet MPASI
    Jika bayi sudah memulai Makanan Pendamping ASI, pastikan mereka mendapatkan cukup serat dari buah dan sayur. Menambahkan sedikit air ke dalam makanan MPASI juga dapat membantu memperlancar pencernaan.

Berikut adalah 10 Pertanyaan Umum (FAQ) terkait frekuensi BAB pada bayi dan cara mengatasi konstipasi:

  1. Berapa kali seharusnya bayi BAB dalam sehari? Frekuensi BAB bayi bervariasi, tergantung pada apakah mereka minum ASI atau susu formula, dan usia mereka. Bayi baru lahir cenderung BAB lebih sering.
  2. Apakah normal jika bayi tidak BAB selama beberapa hari? Ya, terutama setelah bayi berusia 6-8 minggu, bisa normal bagi mereka untuk tidak BAB selama beberapa hari.
  3. Kapan sebaiknya saya khawatir tentang frekuensi BAB bayi? Jika bayi tampak tidak nyaman, rewel, atau ada perubahan signifikan dalam pola BAB mereka, sebaiknya konsultasikan dengan dokter.
  4. Bagaimana cara mengatasi konstipasi pada bayi? Latihan gerakan kaki, pijatan perut yang lembut, memastikan asupan ASI/susu formula yang cukup, dan memastikan asupan serat yang cukup bagi bayi yang sudah MPASI bisa membantu.
  5. Apa penyebab bayi jarang BAB? Penyebab umum termasuk perubahan diet, seperti transisi ke MPASI, atau perbedaan dalam kandungan nutrisi antara ASI dan susu formula.
  6. Apakah normal bagi bayi yang minum ASI untuk jarang BAB? Ya, bayi yang minum ASI mungkin jarang BAB karena efisiensi ASI dalam diserap oleh tubuh.
  7. Apakah normal bagi bayi yang minum susu formula untuk jarang BAB? Bayi yang minum susu formula mungkin mengalami frekuensi BAB yang lebih rendah karena kandungan dan sifat susu formula.
  8. Kapan saya harus memberikan air tambahan kepada bayi saya? Jika bayi Anda sudah memulai MPASI, Anda bisa menambahkan sedikit air untuk membantu pencernaan. Namun, konsultasikan dengan dokter sebelum memberikan air pada bayi di bawah 6 bulan.
  9. Bagaimana cara membedakan antara konstipasi dan pola BAB normal bayi? Konstipasi biasanya ditandai dengan feses yang keras dan sulit dikeluarkan, sementara pola BAB normal mungkin bervariasi dalam frekuensi tanpa menyebabkan ketidaknyamanan.
  10. Kapan saya harus membawa bayi saya ke dokter terkait masalah BAB? Jika bayi mengalami konstipasi yang berkepanjangan, tidak BAB lebih dari biasanya, atau jika ada gejala lain seperti muntah atau keterlambatan perkembangan, segera konsultasikan dengan dokter.

Pos terkait